Sejumlah Sejarah Pohon Natal di Berbagai Belahan Dunia

Fakta dan Sejarah Pohon Natal, Dari Mana Asalnya?

Kehadiran pohon Natal merupakan salah satu hal yang identik dengan perayaan Natal. Namun tahukah kamu bagaimana sejarah pohon Natal? Sepertinya sejarah pohon Natal kembali pada penggunaan simbolis pohon cemara di Mesi kuno dan Roma. Kemudian hal ini berlanjut dengan tradisi pohon Natal Jerman yang diterangi cahaya lilin yang pertama kali dibawa ke Amerika pada tahun 1800-an.

Dikutip dari history.com, sebenarnya jauh sebelum hadirnya agama Kristen, tumbuhan dan pepohonan yang tetap hijau sepanjang tahun memiliki arti khusus bagi manusia di musim dingin.

Pun sama seperti orang kini mendekorasi rumah mereka selama musim perayaan dengan pohon pinus dan cemara, orang kuno menggantungkan dahan hijau di pintu dan jendela mereka. Diyakini, di banyak negara  jika pepohonan akan menjauhkan penyihir, hantu, penyakit dan roh jahat.

Sementara di belahan bumi utara, siang terpendek dan malam terpanjang dalam setahun yaitu jatuh pada tanggal 21 Desember atau 22 Desember. Momen ini disebut titik balik matahari musim dingin. Sejumlah orang kuno pun percaya jika matahari adalah dewa dan musim dingin datang setiap tahun karena dewa matahari menjadi sakit dan lemah.

Sehingga mereka merayakan titik balik matahari karena itu berarti dewa matahari akhirnya akan sembuh. Adapun ranting cemara mengingatkan mereka pada semua tanaman hijau yang akan tumbuh lagi ketika dewa matahari kuat dan musim panas akan kembali.

Yang mana orang Mesir kuno menyembah dewa yang disebut dengan Ra, Ra berkepala elang dan mengenakan matahari sebagai piringan yang menyala di mahkotanya. Di titik balik matahari tersebut, di saat Ra mulai pulih dari penyakitnya, orang Mesir memenuhi rumah mereka dengan daun palem hijau.

Konon, daun ini melambangkan kemenangan hidup atas kematian. Sementara itu, bagi orang Romawi awal menandai titik balik matahari yaitu pesta yang disebut Saturnalia untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian.

Bangsa Romawi menganggap jika titik balik matahari berarti bahwa pertanian dan kebun akan segera menjadi hijau dan berbuah. Untuk menyambutnya, mereka mendekorasi rumah dan kuil mereka dengan dahan cemara.

Sementara di Eropa Utara, para pendeta Celtic kuno, Druid misterius juga menghiasi kuil mereka dengan dahan cemara sebagai simbol kehidupan abadi. Orang-orang Viking yang ganas di Skandinavia pun mengira bahwa pepohonan adalah tumbuhan istimewa dewa matahari, Balder.

Nah, dari semua Negara di atas, Negara Jerman dianggap sebagai pemula tradisi pohon Natal seperti yang kita kenal kini. Kejadian ini terjadi pada abad ke-16 saat orang Kristen yang taat membawa pohon hias ke rumah mereka. Sejumlah orang pun membangun piramida Natal dari kayu dan menghiasinya dengan pohon cemara dan lilin jika kayu langka.

Terdapat pula kepercayaan yang dipegang secara luas bahwa pembaru Protestan abad ke-16, Martin Luther, pertama kali menambahkan lilin yang menyala ke pohon. Ia berjalan menuju rumahnya pada suatu malam musim dingin.

Ia pun menulis khotbah, dan dia terpesona oleh kecemerlangan bintang yang berkelap-kelip di tengah pepohonan. Nah, untuk mengabadikan kembali pemandangan tersebut bagi keluarganya, Martin Luther mendirikan sebatang pohon di ruang utama dan menyambungkan ranting-rantingnya dengan lilin yang menyala.

Namun pada abad ke-19, orang Amerika menganggap jika pohon Natal merupakan suatu keanehan. Dan sampai tahun 1840-an, pohon Natal masih dipandang sebagai simbol pagan dan tidak diterima oleh kebanyakan orang Amerika.

Namun kini pohon Natal selalu hadir di perayaan Hari Natal sebagai symbol hari raya umat Kristiani.